Cerita ini terjadi di tahun 2002, ketika aku,
bekerja di sebuah perusahaan IT di bilangan Jakata Selatan. Perusahaanku saat
itu menyewa sebuah rumah yang dijadikan kantor. Selain perusahaanku, rumah
tersebut juga disewa oleh dua perusahaan lainnya yang bergerak di bidang jasa.
Saat itu aku bekerja sebagai staf administrasi. Perusahaan aku terbilang kecil,
hanya memiliki karyawan di bawah sepuluh orang saja.
Kehidupan seksualku sebenarnya normal, aku
telah berkeluarga dan memiliki anak berumur satu tahun. Kebahagiaan kami
berjalan seperti layaknya sebuah keluarga kecil yang bahagia, tanpa kekurangan
satu hal pun.
Hingga pada suatu saat, perusahaan yang
bersebelahan dengan perusahaanku, mempekerjakan seorang karyawati baru di bidang
administrasi. Namanya Voni. Gadis ini berperawakan kecil, namun manis. Berkulit
sawo matang dengan mata berbulu lentik. Rambutnya agak ikal. Voni ini keturunan
arab. Sering aku dengar bahwa pria keturunan Arab memiliki libido yang sangat
tinggi. Untuk perempuannya, aku belum pernah mendengar selentingan mengenai
perilaku seksnya.
Kehadirannya menyita perhatian semua karyawan
yang bekerja di sana, tidak hanya karyawan tempat perusahaan Voni berkerja,
tapi semua perusahaan yang menyewa tempat tersebut. Hal ini sangat
memungkinkan, karena memang perangai Voni sangat ceria, agak centil, dan juga
selalu berpakaian ketat mengundang birahi pria manapun yang melihatnya.
Seringkali Aku dan Voni mencuri pandang, pandangannya mengisyaratkan sesuatu yang saat itu, aku sendiri belum bisa menangkap makna yang tersembunyi.
Suatu ketika, kami bertemu di depan pintu
masuk. Saat itu pintu masih dalam keadaan terkunci, sehingga kami terpaksa
harus menunggu sampai teman kami yang membawa kunci datang. Dengan agak gugup, Aku
mencoba memberanikan diri menyapanya.
“Voni ya.. Gimana.. Kerasan kerja di sini?”
pertanyaan yang benar-benar retoris, hanya sebagai ice breaking.
“Lumayan lah..” jawabnya sambil menyodorkan
kue kecil,
“Mau Mas..?”
Aku ambil biskuit pemberiannya dan mulailah
pembicaraan mengalir lebih lancar.
“Dari mana dapat info tentang lowongan
pekerjaan di sini?” selidikku.
“Saudara saya kenal dekat dengan pemilik PT,
lagipula saya masih dihitung sebagai magang kok. Jam kerjanya tidak terlalu
memaksa, karena saya masih sambil kuliah,” jawabnya dengan manis.
Terlihat jelas lesung pipit di pipi sebelah
kiri dan lentik bulu matanya.
“Si Mas sombong ya.. Selama tiga bulan saya
kerja di sini, belum pernah menegur saya, sedangkan yang lain sudah saya kenal.
Setiap saya lihat Mas, pandangan Mas, dingin, seakan tidak menghargai
keberadaan saya”
“Ah itu perasaan Voni saja, saya tidak begitu
kok, kalau tidak percaya tanya saja sama karyawan yang lain, Saya ini tipenya
periang loh..” obralku.
“Tapi nggak apa-apa kok, justru dinginnya Mas
memancing rasa penasaran saya..” timpalnya manja.
“Oh ya Mas, kalau ada waktu bisa nggak Mas
membantu saya mengajarkan komputer Sabtu ini, saya ada tugas dari kantor, namun
agak kesulitan menyelesaikannya, lagian si Mas kan libur hari Sabtu..?”
undangnya penuh manja.
“Wah.. Belum tentu bisa..” timpal Aku sok
menjual mahal, “Nanti lah akan saya beritahu,” lalu kami pun saling bertukar
nomor HP.
“Mas.. Jadi nggak ngajarin saya, saya sudah
di kantor nih..” tanyanya pada Sabtu itu.
“Wah saya lupa..” pikirku, karena panik
langsung saja saya jawab,
“Iya saya dalam perjalanan kok ke sana..”.
Setiba di kantor, Voni telah berada di depan
meja komputer. Dengan celana jeans dan baju putih ketat, jenis pakaian
kesukaannya, jelas mempertontonkan lekuk tubuh sintal dan buah dadanya yang
ranum.
Sambil menelan ludah Aku hampiri mejanya
sambil memulai mengajarkan komputer. Dari samping tampak jelas dua tonjolan di
balik baju ketatnya tersebut, terlebih baju tersebut agak terbuka di bagian
atasnya. Langsung saja darahku berdesir melihat pemandangan ini.
“Wuih.. Beda banget sama yang dirumah..”
pikirku.
Cukup lama Aku mengajarinya komputer hingga
waktu makan siang tiba. Saat itu Aku memberanikan diri menyapanya.
“Kamu nggak lapar?” tanyaku sambil memegang
perutnya, maklum sudah hampir dua jam Aku menahan libido melihat pemandangan
menggiurkan. Tanpa dinyana ia menjawab sekenanya.
“Lapar yang mana nih? Yang di perut atau di
bawah perut?”
Wah berani juga nih anak.
“Ya dua-duanya dong, terserah kamu mana yang
mau diatasi lebih dahulu, perut atau bawah perut?” kataku kini dengan mengelus
pahanya.
“Terserah Mas deh..” tangannya menggenggam
tanganku dengan erat.
Tak berapa lama, matanya seakan mengajakku
untuk pindah ruangan. Ruang atasannya, yang semula dikunci dibukanya sambil
menggandeng tanganku. Aku yang di belakangnya manut saja, karena memang kami
berdua sudah sangat on.
Setiba di ruangan tersebut, langsung saja
kulumat bibir tipisnya.. Wuih seperti di surga rasanya. Kecupanku dibalasnya
mesra dan terasa sekali hangat bibirnya.
Lama bibir kami saling berpagutan. Tak
kusangka, ternyata responnya luar biasa. Tanpa terasa tangan kami terus
menjalar mencari arah genggaman yang seakan tidak pernah kami dapatkan. Aku
sendiri tidak jauh dari menggenggam pantatnya yang sintal di balik jeansnya,
sambil sesekali menggesekkan batangku ke arah vaginanya. Sambil mendesah Voni
terus membalas ciumanku seakan tidak ingin melepaskan. Sementara Aku mulai
mencoba menelanjanginya. Tangan kananku kucoba untuk melepaskan zipper celana
jeans Voni dan juga celanaku. Kudengar semakin keras desahannya ketika alat
kelamin kami saling bertemu, meskipun masih terhalang oleh CD masing-masing.
Tak lama Aku lepaskan pengikat celana kami
masing-masing dan dengan cepat Voni menurunkan celana jeansnya, demikian juga Aku.
Kulucuti celanaku dan juga T-Shirt yang menutupi badanku. Masih mengenakan CD
dan baju ketatnya, Voni langsung kembali melumat bibirku, sementara tangan
kananku mulai aktif mencoba menyusup ke dalam CDnya. Dengan cepat Voni memegang
tangan kananku tersebut sambil menggelengkan kepalanya. Dengan kecewa kutarik
tanganku dari balik CDnya, meskipun sempat terasa bulu-bulu halus yang telah
membasah karena rangsangan yang ada.
Setelah gagal menembus CD, aku mencoba memasukkan tanganku ke dalam BHnya, kali ini Voni tidak menolaknya, malah melenguh laksana sapi saja. Tanpa terasa ternyata, tangan kanan Voni telah meremas penisku sementara tangan kirinya melingkar di leherku. Tampak sekali betapa Voni merasakan setiap remasanku dan remasannya di penisku. Setiap kudenyutkan penisku, setiap kali pula Voni melenguh, ditambah lagi ketika kuremas buah dadanya dan kupelintir putingnya.
Tak tahan dengan permainan tanganku itu, tiba-tiba Voni melenguh dengan agak ditahan.
“Wah.. Cepat juga ‘dapat’nya nih anak..” pikirku, sambil terus kuremas dan kuhisap puting dan buah dadanya.
Setelah merasakan orgasme pertamanya, Voni
kemudian membungkuk menghadapku sambil melepaskan atasannya. Praktis kini dia
hanya memakai CD saja. Sambil membungkuk langsung saja dia menurunkan CD
Crocodile ku. Dengan mantap dijilatnya kepala penisku sambil meremas batang dan
sesekali mengelus buah pelirku. Slowly but sure Voni memainkan penisku dengan
tiga unsur; tangan, mulut dan lidah. Kombinasi gerakan, kocokan dan kulumannya
sungguh luar biasa. Kembali kurasakan perbedaan ketika Aku menjamah istriku
yang selalu ingin konvensional saja.
Tak kuasa aku menahan gempurannya, kuangkat
kepalanya dan kini ia kembali sejajar denganku. Kulumat mesra kembali bibirnya
sambil berbisik.
“Boleh ya..?” tanyaku dan tanganku mencoba
masuk ke dalam CDnya untuk kedua kalinya.
Kali ini ia tidak menjawab dan hanya mengangguk. Dengan senang kutelusuri bagian sensitif di bawah perut tersebut. Terasa bulu-bulu halusnya yang telah basah sejak permainan tangan kami pertama. Ketika tangan kananku mencobanya masuk, tangan kiriku dengan perlahan menurunkan CDnya. Kini kami telah berhadapan telanjang. Mulai kugesek-gesekkan penisku di depan vaginanya. Desahan kudengar kembali dari bibirnya, kali ini sambil kulirik ke sekitar ruangan untuk dapat bersandar, sampai akhirnya kutemukan meja agak besar dan sambil kudorong badannya ke arah meja tersebut.
Kali ini ia tidak menjawab dan hanya mengangguk. Dengan senang kutelusuri bagian sensitif di bawah perut tersebut. Terasa bulu-bulu halusnya yang telah basah sejak permainan tangan kami pertama. Ketika tangan kananku mencobanya masuk, tangan kiriku dengan perlahan menurunkan CDnya. Kini kami telah berhadapan telanjang. Mulai kugesek-gesekkan penisku di depan vaginanya. Desahan kudengar kembali dari bibirnya, kali ini sambil kulirik ke sekitar ruangan untuk dapat bersandar, sampai akhirnya kutemukan meja agak besar dan sambil kudorong badannya ke arah meja tersebut.
Setelah bersandar, Voni langsung merebahkan tubuhnya di meja tersebut dan langsung tampak jelas kulit mulusnya dengan dua gundukan di atas serta barisan ’semut hitam’ di bagian bawah. Tahi lalat di samping kiri perutnya menambah sensasi rangsangan yang ada.
“Ayo cepat Mas..” ajaknya mengaburkan lamunanku sambil mencoba meraih penisku untuk diarahkan ke liang vaginanya.
Tanpa menunggu waktu lama, langsung saja kucoba membenamkan penisku ke liang vaginanya. Wuih, susah dan sempit sekali.
“Pelan-pelan Mas..” ucapnya lirih.
Dengan perlahan, kucoba membenamkan penisku
ke dalam vaginanya. Masuk, kemudian keluar dan kembali masuk, demikian beberapa
kali, untuk memberikan space yang cukup agar penisku bisa leluasa di dalam
lubang surgawi tersebut. Sampai akhirnya, berhasil juga kubenamkan penisku itu.
“Bless..”
“Ach.. Ehm..”
“Ach.. Ehm..”
Seperti bersahutan bunyi penetrasi penisku
dengan desahannya. Semakin lama kupacu penetrasiku di dalam vaginanya,
sementara kedua tanganku meremas payudaranya dan sesekali kuarahkan untuk
memegang pantatnya yang seksi.
Sepuluh menit kemudian, kembali Voni melenguh
ketika mendapatkan orgasmenya yang kedua siang itu. Selang beberapa lama, Voni
bergerak, berbalik membelakangiku. Kutahu maksudnya, sambil dituntunnya,
penisku kumasukkan ke dalam vaginanya dan kamipun memulai ‘aksi’ doggy style.
Sungguh besar juga libido Voni yang keturunan
Arab ini, terbukti gerakannya seperti membabi buta ketika dia membelakangiku.
Sampai sakit rasanya mengikuti gerakan cepat dan rotasi yang dilakukannya.
Benar-benar pengalaman seks yang luar biasa.
Sambil menggoyang-goyangkan pantatnya,
sesekali dicobanya untuk meraih zakarku dari arah bawah, kadang tanpa
disadarinya, dipencetnya zakarku, sampai Aku menjerit kesakitan. Sementara Aku,
tetap memacunya dari belakang dan kedua tanganku menggenggam buah dadanya yang
ranum tersebut. Cukup lama kami dalam posisi tersebut, sampai akhirnya terasa
penisku agak berkejut ingin memuntahkan lahar sperma hangatnya.
Sambil terbata-bata kutanya dia, mau dikeluarkan di mana? Dengan cepat dia cabut penetrasi doggy style dan langsung menghadapku. Diraihnya penisku dan digenggamnya dengan penuh nafsu. Sambil menjilati kepala penisku. Kemudian langsung dikocok-kocoknya penisku dan dikulumnya ketika dirasakannya penisku mulai berdenyut. Dan.. Tumpahlah semua lahar sperma yang ada dalam penisku. Dengan seksama, ditelannya limpahan spermaku, meskipun masih ada juga bagian yang tercecer di bibirnya yang tipis. Ceceran di bibirnya dijilatinya dengan lidahnya sekan tidak rela membuang percuma lelehan sperma dari penisku. Aksinya ditutup dengan pembersihan sisa-sisa sperma di kepala penisku.
Sambil tersenyum, kami berdua menuntaskan
birahi kami dengan sebuah kecupan mesra yang panjang. Kami tahu, bahwa ini
bukanlah yang terakhir yang kami lakukan. Sambil terengah-engah Voni berucap
mesra.
“Makasih ya Mas.. Next time bisa lagi kan?”
Dengan tersenyum penuh arti, tentu saja
sebagai lelaki normal, aku anggukkan kepalaku mengiyakan..
Setelah kejadian itu, kami sering melakukannya, malah kami sering nekat melakukannya sepulang kerja di ruanganku, di ruang tamu bahkan di WC. Namun kini, hampir setahun kami tidak berhubungan lagi. Aku kehilangan kontak dengannya. Terakhir yang aku tahu, dia akan menikah dan tinggal di daerah Tangerang.
Setelah kejadian itu, kami sering melakukannya, malah kami sering nekat melakukannya sepulang kerja di ruanganku, di ruang tamu bahkan di WC. Namun kini, hampir setahun kami tidak berhubungan lagi. Aku kehilangan kontak dengannya. Terakhir yang aku tahu, dia akan menikah dan tinggal di daerah Tangerang.
Voni.. Jika kau membaca cerita ini.. Aku
masih membutuhkanmu sayang..